coba
klik
CATATAN SI OZI
Senin, 31 Oktober 2016
Sabtu, 21 Juni 2014
MAKALAH MANUSIA BERAKAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Manusia menurut pandangan agama adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang dikaruniai status sebagai Khalifah Allah di atas
bumi. Manusia adalah makhluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yang
dipercayai yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kemaslahatan dan
keselamatannya. Manusia sebagai makhluk beragama mempunyai kemampuan menghayati
pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing. Pemahaman agama
diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi,
komitmen aktif dan praktek ritual. Manusia utuh hubungannya dengan Tuhan. Jauh
dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan
manusia yang bersangkutan. Didalam Pancasila, meskipun agama dan kepercayaan
yang dianut masyarakat berbeda-beda, harus diupayakan terciptanya kehidupan
beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai, kedamaian,
ketentraman, dan persahabatan. Sementara suatu pihak ada yang lebih
mengutamakan terciptanya suasana penghayatan keagamaan lebih dari pengajaran
keagamaan. Beberapa deskripsi manusia menurut pandangan agama islam :
a. manusia berasal dari segumpal darah
b. manusia sebagai khalifah
c. manusia merupakan makhluk individu dan social
d. manusia memiliki motivasi, kebutuhan dan
nafsu
e. manusia memiliki ruh,bathin dan ragawi
f. watak manusia itu luwes dan fleksibel
Manusia pada hakekatnya adalah
paduan menyeluruh antara akal, emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya
manusia terus menerus mencari kebenaran dan dianugerahi status sebagai khalifah
Allah.
1.2
PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan
masalah yang akan dibahas yaitu :
1. Mengapa manusia diberi akal dan pikiran oleh tuhan?
2. Bagaimana cara manusia memperoleh suatu kebenaran?
1.3
TUJUAN
Adapun tujuannya
adalah :
1. Untuk memberikan pengetahuan tentang manusia.
2. Bisa memahami tentang cara pendekatan-pendekatan untuk
memperoleh kebenaran.
1.4
SISTEMATIKA PENULISAN
Gambaran secara garis besar mengenai
hal – hal yang akan dibahas dalam makalah ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu
:
BAB 2 PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis
menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, serta
sistematika penulisan dalam makalah ini.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis
menguraikan semua pembahasan yang berisi tentang pengertian manusia,
pendekatan-pendekatan untuk memperoleh kebenaran dan ilmu sebagai kebenaran
ilmiah.
BAB III PENUTUP
Bab ini berisi
tentang kesimpulan dengan uraian singkat dari semua pembahasan yang telah
dituliskan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN MANUSIA
Manusia menurut
pandangan agama secara kodrat adalah makhluk monodualis yang artinya selain sebagai makhluk
individu, manusia berperan juga sebagai makhluk social ciptaan Tuhan yang dikaruniai
status sebagai Khalifah Allah di atas bumi. Manusia adalah makhluk religius yang dianugerahi
ajaran-ajaran yang dipercayai yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi
kemaslahatan dan keselamatannya. Manusia sebagai makhluk beragama mempunyai kemampuan
menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing. Pemahaman
agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi,
komitmen aktif dan praktek ritual. Manusia utuh hubungannya dengan Tuhan. Jauh
dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan
manusia yang bersangkutan. Didalam Pancasila, meskipun agama dan kepercayaan
yang dianut masyarakat berbeda-beda, harus diupayakan terciptanya kehidupan
beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai, kedamaian,
ketentraman, dan persahabatan. Sementara suatu pihak ada yang lebih
mengutamakan terciptanya suasana penghayatan keagamaan lebih dari pengajaran
keagamaan.
Manusia
juga merupakan makhluk yang berakal budi. Dengan akal budinya, manusia mampu
mengembangkan kemampuan yang spesisifik manusiawi, yang menyangkut daya cipta,
rasa maupun karsa. Dengan akal budinya, maka kemampuan bersuara bisa menjadi
kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Manusia mampu menciptakan dan
menggunakan symbol-simbol dalam kehidupan sehari-hari, sehingga oleh Ernst
Cassirer disebut sebagai animal symbolicum (Suriasumantri, 2005: 171).
Adanya akal budi juga
menyebabkan manusia mampu berpikir abstrak dan konseptual sehingga manusia
disebut sebagai makhluk pemikir (homo sapiens). Aristoteles menyebut manusia
karena manusia memiliki ciri utamanya yaitu selalu ingin mengetahui. Pada
manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiousity) yang menjelma
dalam aneka wujud pernyataan. Manusia selalu bertanya karena terdorong oleh
rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut sudah muncul pada awal
perkembangannya. Manifestasi dari hasrat ingin tahu tersebut antara lain berupa
pertanyaan: apa ini atau apa itu? Pertanyaan tersebut selanjutnya berkembangan
menjadi: mengapa demikian dan bagaimana cara mengatasinya ?
Hasrat ingin tahu manusia
tersebut terpuaskan bila manusia memperoleh pengetahuan yang benar mengenai
hal-hal yang dipertanyakan. Dalam sejarah perkembangannya, manusia ternyata
manusia selalu berusaha memperoleh pengetahuan yang benar atau yang secara
singkat dapat disebut sebagai kebenaran (Suryabrata, 2000: 2). Manusia
senantiasa berusaha memahami, memperoleh, dan memanfaatkan kebenaran untuk
kehidupannya. Tidak salah jika satu sebutan lagi diberikan kepadanya, yaitu
manusia sebagai makhluk pencari kebenaran.
2.2
PENDEKATAN-PENDEKATAN
UNTUK MEMPEROLEH KEBENARAN
Ada beberapa
pendekatan yang dipakai manusia untuk memperoleh kebenaran yaitu :
a.
Pendekatan Empiris
Manusia mempunyai
seperangkat indera yang berfungsi sebagai penghubung dirinya dengan dunia
nyata. Dengan inderanya manusia mampu mengenal berbagai hal yang ada di
sekitarnya, yang kemudia diproses dan mengisi kesadarannya. Indera bagi manusia
merupakan pintu gerbang jiwa. Tidak ada pengalaman yang diperoleh tanpa melalui
indera.
Kenyataan seperti yang disebutkan di atas menyebabkan timbulnya
anggapan bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui penginderaan atau pengalaman.
Kebenaran dari pendapat tersebut kiranya tidak dapat dipungkiri. Bahwa dengan
pengalaman kita mendapatkan pemahaman yang benar mengenai bentuk, ukuran,
warna, dst. mengenai suatu hal. Upaya untuk mendapatkan kebenaran dengan
pendekatan demikian merupakan upaya yang elementer namun tetap diperlukan.
Mereka yang mempercayai bahwa penginderaan merupakan satu-satunya
cara untuk memperoleh kebenaran disebut sebagai kaum empiris. Bagi golongan
ini, pengetahuan itu bukab didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak,
namun melalui pengalaman yang konkrit. Gejala-gejala alamiah menurut anggapan
kaum empiris adalah bersifat konkrit dan dapat dinyatakan melalui tangkapan
indera manusia.
b.
Pendekatan Rasional
Cara lain untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan mengandalkan
rasio. Upaya ini sering disebut sebagai pendekatan rasional. Manusia merupakan
makhluk hidup yang dapat berpikir. Dengan kemampuannya ini manusia dapat
menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu, yang pada akhirnya sampai pada
kebenaran, yaitu kebenaran rasional.
Golongan yang menganggap
rasio sebagai satu-satunya kemampuan untuk memperoleh kebenaran disebut kaum
rasionalis. Premis yang mereka pergunakan dalam penalarannya adalah ide, yang
menurut anggapannya memang sudah ada sebelum manusia memikirkannya. Fungsi
pikiran manusia adalah mengenal ide tersebut untukdijadikan pengetahuan.
c. Pendekatan Intuitif
Menurut Jujun S. Suriasimantri (2005: 53), intuisi merupakan
pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang
yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan
pemecahannya. Atau secara tiba-tiba seseorang memperoleh “informasi” mengenai
peristiwa yang akan terjadi. Itulah beberapa contoh intuisi.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Bahwa
intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tak bisa
dijelaskan, dan tak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan
seseorang yang pernah memperoleh intuisi sulit atau bahkan tidak bisa mengulang
pengalaman serupa.
Kebenaran yang diperoleh dengan pendekatan intuitif disebut
sebagai kebenaranintuitif. Kebenaran intuitif sulit untuk dipertanggung
jawabkan, sehingga ada-ada pihak-pihak yang meragukan kebenaran macam ini.
Meskipun validitas intuitisi diragukan banyak pihak, ada sementara ahli yang
menaruh perhatian pada kemampuan manusia yang satu ini. Bagi Abraham Maslow,
intuisi merupakan pengalaman puncak (peak experience), sedangkan bagi
Nietzsche, intuisi merupakan inteligensi yang paling tinggi (Sumantri, 2005:
53).
d. Pendekatan
Religius
Manusia merupakan makhluk
yang menyadari bahwa alam semesta beserta isinya ini diciptakan dan
dikendalikan oleh kekuatan adi kodrati, yaitu Tuhan. Kekuatan adi kodrati
inilah sumber dari segala kebenaran. Oleh karena itu agar manusia memperoleh
kebenaran yang hakiki, manusia harus berhubungan dengan kekuatan adi kodrtai
tersebut.
Upaya untuk memperoleh
kebenaran dengan jalan seperti tersebut di atas disebut sebagai pendekatan
religius atau pendekatan supra-pikir (Rinjin, 1996: 54). Disebut demikian
karena pendekatan tersebut melampai daya nalar manusia manusia.
Kebenaan religius bukan
hanya bersangkut paut dengan kehidupan sekarang dan yang terjangkau oleh
pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transcendental,
seperti latar belakang penciptaan manusia dan kehidupan setelah kematian.
e. Pendekatan Otoritas
Usaha untuk memperoleh
kebenaran juga dapat dilakukan dengan dasar pendapat atau pernyataan dari pihak
yang memiliki otoritas. Yang dimaksud dengan hal ini adalah individu-individu
yang memiliki kelebihan tertentu disbanding anggota masyarakat pada umumnya.
Kelebihan-kelebihan tersebut
bisa berupa kekuasaan, kemampuan intelektual, keterampilan, pengalaman, dan
sebagainya. Mereka yang memiliki kelebihan-kelebihan seperti itu disegani,
ditakuti, ataupun dijadikan figur panutan. Apa yang mereka nyatakan akan diterima
masyarakat sebagai suatu kebenaran.
Sepanjang sejarah dapat
ditemukan contoh-contoh mengenai ketergantungan manusia pada otoritas dalam
mencari kebenaran. Pada masa Yunani kuno para pemikir seperti Socrates, Plato,
dan Aristoteles dipandang sebagai sumber kebenaran, bahkan melebihi pengamatan
atau pengalaman langsung. Apa yang dinyatakan oleh para tokoh tersebut
dijadikan acuan dalam memahami realitas, berpikir, dan berindak.
f. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah pertumpu
pada dua anggapan dasar, yaitu : pertama, bahwa kebenaran dapat diperoleh dari
pengamatan dan kedua, bahwa gejala itu timbul sesuai dengan hubungan-hubungan
yang berlaku menurut hokum tertentu (Ary dkk., 2000: 63).
Pendekatan ilmiah merupakan
pengombinasian yang jitu dari pendekatan empiris dan pendekatan rasional.
Kombinasi ini didasarkan pada hasil analisis terhadap kedua pendekatan
tersebut. Pada satu segi kedua pendekatan tersebut bisa dipertanggung jawabkan
namun pada segi yang lain terdapat beberapa kelemahan.
Kelemahan pertama pendekatan
empiris, bahwa pengetahuan yang berhasil dikumpulkan cenderung untuk menjadi
kumpulan fakta-fakta. Kumpulan fakta-fakta tersebut belum tentu bersifat
konsisten dan mungkin saja terdapat hal-hal yang bersifat kontradiktif
(Suriasumantri, 2005: 52). Kelemahan kedua, terletak pada kesepakatan mengenai
pemahaman hakikat pengalaman yang merupakan cara untuk memperoleh kebenaran dan
indera sebagai alat yang menangkapnya.
Sedangkan kelemahan yang
terdapat pada pendekatan rasional adalah terdapat pada kriteria untuk menguji
kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang jelas dan dapat dipercaya. Apa
yang menurut seseorang jelas, benar, dan dapat dipercaya belum tentu demikian
untuk orang lain. Dalam hal ini pemikiran rasional cenderung bersifat
solipsisteik dan subjektif (Suriasumantri, 2005: 51).
Kelemahan-kelemahan dari kedua
pendekatan tersebut bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi dengan
mengombinasikan keduanya. Kombinasi tersebut diwujudkan dengan langkah-langkah
yang sistematis dan terkontrol. Upaya memahami realitas dalam hal ini
didasarkan pada kebenaran atau teori ilmiah yang ada serta mengujinya dengan
mengumpulkan fakta-fakta.
Suatu kebenaran dapat
disebut sebagai kebenaran ilmiah bila memenuhi dua syarat utama, yaitu :
pertama, harus sesuai dengan kebenaran ilmiah sebelumnya yang memungkinkan
tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan, dan
kedua, harus sesuai dengan fakta-fakta empiris. Sebab teori yang bagaimanapun
konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat
diterima kebenarannya secara ilmiah.
2.3. ILMU SEBAGAI
KEBENARAN ILMIAH
a. Karakteristik Kebenaran
Ilmiah
Telah dipaparkan diatas
bahwa dengan pendekatan ilmiah diperoleh pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu
dapat dipahami sebagai proses, prosedur, dan produk (The Liang Gie, 2004: 90).
Pembahasan berikut ini ditekankan pada makna ilmu sebagai produk. Sebagai
produk ilmu tidak lain adalah pengetahuan atau kebenaran ilmiah yang memiliki
karakteristik: a. sistematisasi, b. keumuman, c. rasionalitas, d. objektivitas,
e. verifiabilitas, dan f. komunalitas.
Pengetahuan dapat
digolongkan sebagai ilmu bila pengetahuan tersebut tersusun secara sistematis.
Dan apa yang tersusun secara sistematis sebagai suatu kesatuan tersebut
haruslah memiliki sifat keumuman (generality), artinya bahwa kebenaran yang
terkandung didalamnya harus dapat berlaku secara umum atau luas jangkauannya.
Ciri rasionalitas mengandung
makna bahwa kebenaran ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi
kaidah-kaidah logika. Sedangkan ciri objektivitas menunjuk pada kesesuaian
antara hal-hal yang rasional dengan realitas. Ciri verifiabilitas mempunyai
arti bahwa kebenaran ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diuji ulang
oleh setiap anggota masyarakat ilmuwan. Hal ini menunjuk bahwa kebenaran ilmiah
tidak bersifat mutlak atau final. Adapun ciri terakhir dari kebenaran ilmiah
yaitu komunalitas memiliki arti bahwa kebenaran ilmiah itu merupakan pengetahuan
yang menjadi milik umum.
Berbicara tentang
karakteristik kebenaran ilmiah, Sonny Keraf A. dan Mikhael Dua (2001: 75),
menyatakan bahwa kebenaran ilmiah mempunyai sekurang-kurangnya tiga sifat
dasar, yaitu : rasional-logis, isi empiris, dan dapat diterapkan (pragmatis).
Hal itu berarti bahwa kebenaran ilmiah yang logis dan impiris itu pada akhirnya
dapat diterapkan dan digunakan bagi kehidupan manusia.
b. Fungsi Kebenaran Ilmiah
Semua kebenaran bermanfaat
bagi manusia demikian juga dengan kebenaran ilmiah. Fungsi dari kebenaran
ilmiah adalah : deskriptif, prediktif, dan pengendalian berkenaan dengan dengan
gejala-gejala yang ada dalam dunia pengalaman manusia.
Fungsi deskriptif menunjuk
pada keharusan ilmu untuk bisa memberikan penjelasan secara rinci, lengkap, dan
runtut mengenai berbagai hal yang menjadi perhatian manusia. Penjelasan
tersebut bisa bersifat deskriptif, preskriptif, eksposisi pola, maupun
rekonstruksi histories.
Bila gejala-gejala yang ada
di alam semesta dapat dijelaskan, maka selanjutnya dapat dilakukan prediksi
atau membuat perkiraan-perkiraan tentang apa yang akan terjadi kemudian. Inilah
fungsi kedua dari ilmu, yaitu fungsi prediktif. Atas dasar hasil prediksi,
selanjutnya dapat dilakukan pengendalian, yaitu mencegah agar gejala-gejala
yang tidak diinginkan tidak terjadi serta mendorong agar terjadi gejala-gejala
yang dikehendaki.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manusia sebagai khalifah dibumi merupakan religius yang
dianugerahi ajaran-ajaran yang dipercayai yang didapatkan melalui bimbingan
nabi demi kemaslahatan dan keselamatannya. Manusia sebagai makhluk beragama
mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama
masing-masing. Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang,
doa-doa maupun meditasi, komitmen aktif dan praktek ritual. Manusia utuh
hubungannya dengan Tuhan. Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi
rendahnya keimanan dan ketaqwaan manusia yang bersangkutan. Didalam Pancasila,
meskipun agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat berbeda-beda, harus
diupayakan terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling
pengertian, menghargai, kedamaian, ketentraman, dan persahabatan. Sementara
suatu pihak ada yang lebih mengutamakan terciptanya suasana penghayatan
keagamaan lebih dari pengajaran keagamaan.
Manusia
juga merupakan homosapiens atau makhluk pemikir. Sebagai makhluk pemikir maka
pada diri manusia melekat selalu ingin tahu. Hasrat ingin tahu manusia
mendorong dirinya untuk mencari jawaban yang benar mengenai berbagai hal yang
dipertanyakan. Maka dari itu manusia diberi akal oleh Tuhan sebagai
keistimewaan yang tidak semua makhluk hidup lain miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Minggu, 28 April 2013
TUGAS KELOMPOK REKAYASA PERANGKAT LUNAK
1.Gilang Arif M.R A2.1100199
2.Anton Munawar F A2.1100019
3.Mokh Nizar N R A2.1100218
4.Budi Irawan A2.1100197
5.Isra Nasruloh A2.1100191
ANALISIS SISTEM RETAIL TOKO
Pengertian
Retail
Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu " Retailer" yang berarti "
Memotong menjadi kecil kecil" (Risch, 1991 ).
Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu " Retailer" yang berarti "
Memotong menjadi kecil kecil" (Risch, 1991 ).
Sedangkan
menurut Gilbert (2003) Retail adalah Semua usaha bisnis yang secara langsung
mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan
organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi
Dalam kamus
Bahasa Inggris - Indonesia, Retail bisa juga di artikan sebagai
"Eceran"
Pengertian
Retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan
jasa secara langsung kepada pelanggan
Pengertian
Retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh lebuh dari setengah
hasil penjualannya dari retailing ( lucas, bush dan Gresham, 1994)
Klasifikasi
Retail
Menurut
Pintel dan Diamond (1971), Retail dapat di klasifikasikan dalam banyak cara,
sebagai contoh Retail dapat di kelompokkan sesuai dengan aktivitas penjualan
barang berdasarkan sbb :
- Retail
Kecil
Bisnis
Retail kecil di gambarkan sebagai retailer yang berpenghasilan di bawah $500
pertahun. Pemilik retail pada umumnya bertanggung jawab penuh terhadap seluruh
penjualan dan manajemen.
Biasanya
kebanyakan pemilik toko pada bisnis retail kecil ini dimiliki oleh secara
individu (Individual Proprietorship)
- Retail
Besar
Pada saat ini
industri Retail di kuasai oleh organisasi besar, organisasi tersebut meliputi :
Departemen Store - Chain organization (organisasi berantai), Supermarket, Catalog Store, Warehouse, Outlet dan Online Store (Toko Online )
Departemen Store - Chain organization (organisasi berantai), Supermarket, Catalog Store, Warehouse, Outlet dan Online Store (Toko Online )
Departemen
Store merupakan salah satu dari retailer besar dimana menawarkan berbagai macam
jenis produk / barang, tingkat harga dan kenyamanan dalam berbelanja.
A. Analisis Kebutuhan Hardware dan Software
Spesifikasi Hardware dan Software Untuk Komputer
1)
Hardware
Dibawah ini merupakan spesifikasi hardware komputer yang harus dipenuhi untuk
menjalankan aplikasi SMS Gateway dengan baik.
a)
Processor
Intel Pentium IV 3.00 GHz.
b)
RAM/Memory
512 MB.
c)
Keyboard dan
Mouse.
d)
Monitor.
e)
Harddisk 80
GB.
f)
Handphone
(Telepon selular).
g)
SIM Card.
h)
Kabel Data
USB.
2)
Software
Dibawah ini merupakan spesifikasi perangkat lunak yang harus dipenuhi untuk
menjalankan aplikasi SMS Gateway dengan baik.
a)
Sistem
Operasi Ms Windows XP Profesional.
b)
Java Runtime
Environment 1.6.0.
c)
MySQL
Database.
d)
Driver
Handphone PC Suite.
ERD
Deskripsi data untuk setiap entitas data adalah sebagai berikut :
Entitas Data Pelanggan
Data Item
|
Type
|
Deskripsi
|
Ket
|
Kode_Plg
|
Text
|
Untuk kode
pelanggan
|
|
Nama_Plg
|
Text
|
Nama pelanggan
|
|
Alamat_Plg
|
Text
|
Alamat lengkap si pelanngan
|
|
Telepon_Plg
|
Text
|
No telepon pelanggan
|
|
Kodepos_Plg
|
Text
|
Kode pos pelanggan
|
Entitas Data Barang
Data Item
|
Type
|
Deskripsi
|
Ket
|
Kode_brg
|
Text
|
Kode barang
|
|
Nama_brg
|
Text
|
Nama barang
|
|
Satuan_brg
|
Text
|
Satuan barang
|
|
Hjual_brg
|
Longint
|
Harga jual barang
|
|
Hbeli_Brg
|
Longint
|
Harga beli barang
|
|
Stok
|
Int
|
Jumlah stok gudang
|
|
Tanggal Terima
|
Date
|
Tanggal surat diterima
|
Entitas Data
Pemasok
Data Item
|
Type
|
Deskripsi
|
Ket
|
Kode_pmk
|
Text
|
Kode pemasok
|
|
Alamat_pmk
|
Text
|
Alamat lengkap pemasok
|
|
Kota_pmk
|
Text
|
Kota pemasok
|
|
Telepon_pmk
|
Text
|
Telepon pemasok
|
DFD
DFD
level 0
DFD level 1
THE HIRARKI
B. Tujuan pembuatan Perangkat Lunak
Tujuan pembuatan
dokumen ini adalah untuk memberi penjelasan secara detail mengenai Retail Toko.
Dokumen ini berisi tujuan dan fitur-fitur sistem, antarmuka sistem, apa yang
akan dilakukan oleh sistem, batasan-batasan operasional sistem dan bagaimana
sistem akan merespon rangsangan dari luar. Dokumen ini ditujukan untuk
stakeholder dan pengembang system.
C. Alasan dibuatnya Perangkat Lunak
untuk memaksimalkan efisiensi kerja dan
produktivitas pegawai yang menangani proses jual beli, dimana disini kami
mempermudah pelayanan pada toko tersebut sehingga memberikan kepuasan juga
terhadap pelanggan khususnya pemilik toko
Langganan:
Postingan (Atom)