Sabtu, 21 Juni 2014

MAKALAH MANUSIA BERAKAL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
            Manusia menurut pandangan agama adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dikaruniai status sebagai Khalifah Allah di atas bumi. Manusia adalah makhluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yang dipercayai yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kemaslahatan dan keselamatannya. Manusia sebagai makhluk beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing. Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi, komitmen aktif dan praktek ritual. Manusia utuh hubungannya dengan Tuhan. Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan manusia yang bersangkutan. Didalam Pancasila, meskipun agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat berbeda-beda, harus diupayakan terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai, kedamaian, ketentraman, dan persahabatan. Sementara suatu pihak ada yang lebih mengutamakan terciptanya suasana penghayatan keagamaan lebih dari pengajaran keagamaan. Beberapa deskripsi manusia menurut pandangan agama islam :
a.  manusia berasal dari segumpal darah
b.  manusia sebagai khalifah
c.  manusia merupakan makhluk individu dan social
d.  manusia memiliki motivasi, kebutuhan dan nafsu
e.  manusia memiliki ruh,bathin dan ragawi
f.   watak manusia itu luwes dan fleksibel
            Manusia pada hakekatnya adalah paduan menyeluruh antara akal, emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya manusia terus menerus mencari kebenaran dan dianugerahi status sebagai khalifah Allah.

1.2  PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
1.    Mengapa manusia diberi akal dan pikiran oleh tuhan?
2.    Bagaimana cara manusia memperoleh suatu kebenaran?

1.3  TUJUAN
Adapun tujuannya adalah :
1.    Untuk memberikan pengetahuan tentang manusia.
2.    Bisa memahami tentang cara pendekatan-pendekatan untuk memperoleh kebenaran.

1.4  SISTEMATIKA PENULISAN
            Gambaran secara garis besar mengenai hal – hal yang akan dibahas dalam makalah ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu :
BAB 2 PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, serta sistematika penulisan dalam makalah ini.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menguraikan semua pembahasan yang berisi tentang pengertian manusia, pendekatan-pendekatan untuk memperoleh kebenaran dan ilmu sebagai kebenaran ilmiah.
BAB III PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dengan uraian singkat dari semua pembahasan yang telah dituliskan.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN MANUSIA
Manusia menurut pandangan agama secara kodrat adalah makhluk monodualis yang artinya selain sebagai makhluk individu, manusia berperan juga sebagai makhluk social ciptaan Tuhan yang dikaruniai status sebagai Khalifah Allah di atas bumi. Manusia adalah makhluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yang dipercayai yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kemaslahatan dan keselamatannya. Manusia sebagai makhluk beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing. Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi, komitmen aktif dan praktek ritual. Manusia utuh hubungannya dengan Tuhan. Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan manusia yang bersangkutan. Didalam Pancasila, meskipun agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat berbeda-beda, harus diupayakan terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai, kedamaian, ketentraman, dan persahabatan. Sementara suatu pihak ada yang lebih mengutamakan terciptanya suasana penghayatan keagamaan lebih dari pengajaran keagamaan.
          Manusia juga merupakan makhluk yang berakal budi. Dengan akal budinya, manusia mampu mengembangkan kemampuan yang spesisifik manusiawi, yang menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Dengan akal budinya, maka kemampuan bersuara bisa menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Manusia mampu menciptakan dan menggunakan symbol-simbol dalam kehidupan sehari-hari, sehingga oleh Ernst Cassirer disebut sebagai animal symbolicum (Suriasumantri, 2005: 171).
Adanya akal budi juga menyebabkan manusia mampu berpikir abstrak dan konseptual sehingga manusia disebut sebagai makhluk pemikir (homo sapiens). Aristoteles menyebut manusia karena manusia memiliki ciri utamanya yaitu selalu ingin mengetahui. Pada manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiousity) yang menjelma dalam aneka wujud pernyataan. Manusia selalu bertanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut sudah muncul pada awal perkembangannya. Manifestasi dari hasrat ingin tahu tersebut antara lain berupa pertanyaan: apa ini atau apa itu? Pertanyaan tersebut selanjutnya berkembangan menjadi: mengapa demikian dan bagaimana cara mengatasinya ?
Hasrat ingin tahu manusia tersebut terpuaskan bila manusia memperoleh pengetahuan yang benar mengenai hal-hal yang dipertanyakan. Dalam sejarah perkembangannya, manusia ternyata manusia selalu berusaha memperoleh pengetahuan yang benar atau yang secara singkat dapat disebut sebagai kebenaran (Suryabrata, 2000: 2). Manusia senantiasa berusaha memahami, memperoleh, dan memanfaatkan kebenaran untuk kehidupannya. Tidak salah jika satu sebutan lagi diberikan kepadanya, yaitu manusia sebagai makhluk pencari kebenaran.

2.2  PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK MEMPEROLEH KEBENARAN
Ada beberapa pendekatan yang dipakai manusia untuk memperoleh kebenaran yaitu :
a.  Pendekatan Empiris
Manusia mempunyai seperangkat indera yang berfungsi sebagai penghubung dirinya dengan dunia nyata. Dengan inderanya manusia mampu mengenal berbagai hal yang ada di sekitarnya, yang kemudia diproses dan mengisi kesadarannya. Indera bagi manusia merupakan pintu gerbang jiwa. Tidak ada pengalaman yang diperoleh tanpa melalui indera.
Kenyataan seperti yang disebutkan di atas menyebabkan timbulnya anggapan bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui penginderaan atau pengalaman. Kebenaran dari pendapat tersebut kiranya tidak dapat dipungkiri. Bahwa dengan pengalaman kita mendapatkan pemahaman yang benar mengenai bentuk, ukuran, warna, dst. mengenai suatu hal. Upaya untuk mendapatkan kebenaran dengan pendekatan demikian merupakan upaya yang elementer namun tetap diperlukan.
Mereka yang mempercayai bahwa penginderaan merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh kebenaran disebut sebagai kaum empiris. Bagi golongan ini, pengetahuan itu bukab didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak, namun melalui pengalaman yang konkrit. Gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat konkrit dan dapat dinyatakan melalui tangkapan indera manusia.
b. Pendekatan Rasional
Cara lain untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan mengandalkan rasio. Upaya ini sering disebut sebagai pendekatan rasional. Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir. Dengan kemampuannya ini manusia dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu, yang pada akhirnya sampai pada kebenaran, yaitu kebenaran rasional.
   Golongan yang menganggap rasio sebagai satu-satunya kemampuan untuk memperoleh kebenaran disebut kaum rasionalis. Premis yang mereka pergunakan dalam penalarannya adalah ide, yang menurut anggapannya memang sudah ada sebelum manusia memikirkannya. Fungsi pikiran manusia adalah mengenal ide tersebut untukdijadikan pengetahuan.
c. Pendekatan Intuitif
Menurut Jujun S. Suriasimantri (2005: 53), intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan pemecahannya. Atau secara tiba-tiba seseorang memperoleh “informasi” mengenai peristiwa yang akan terjadi. Itulah beberapa contoh intuisi.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Bahwa intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tak bisa dijelaskan, dan tak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan seseorang yang pernah memperoleh intuisi sulit atau bahkan tidak bisa mengulang pengalaman serupa.
Kebenaran yang diperoleh dengan pendekatan intuitif disebut sebagai kebenaranintuitif. Kebenaran intuitif sulit untuk dipertanggung jawabkan, sehingga ada-ada pihak-pihak yang meragukan kebenaran macam ini. Meskipun validitas intuitisi diragukan banyak pihak, ada sementara ahli yang menaruh perhatian pada kemampuan manusia yang satu ini. Bagi Abraham Maslow, intuisi merupakan pengalaman puncak (peak experience), sedangkan bagi Nietzsche, intuisi merupakan inteligensi yang paling tinggi (Sumantri, 2005: 53).
d. Pendekatan Religius
Manusia merupakan makhluk yang menyadari bahwa alam semesta beserta isinya ini diciptakan dan dikendalikan oleh kekuatan adi kodrati, yaitu Tuhan. Kekuatan adi kodrati inilah sumber dari segala kebenaran. Oleh karena itu agar manusia memperoleh kebenaran yang hakiki, manusia harus berhubungan dengan kekuatan adi kodrtai tersebut.
Upaya untuk memperoleh kebenaran dengan jalan seperti tersebut di atas disebut sebagai pendekatan religius atau pendekatan supra-pikir (Rinjin, 1996: 54). Disebut demikian karena pendekatan tersebut melampai daya nalar manusia manusia.
Kebenaan religius bukan hanya bersangkut paut dengan kehidupan sekarang dan yang terjangkau oleh pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transcendental, seperti latar belakang penciptaan manusia dan kehidupan setelah kematian.
e. Pendekatan Otoritas
Usaha untuk memperoleh kebenaran juga dapat dilakukan dengan dasar pendapat atau pernyataan dari pihak yang memiliki otoritas. Yang dimaksud dengan hal ini adalah individu-individu yang memiliki kelebihan tertentu disbanding anggota masyarakat pada umumnya.
Kelebihan-kelebihan tersebut bisa berupa kekuasaan, kemampuan intelektual, keterampilan, pengalaman, dan sebagainya. Mereka yang memiliki kelebihan-kelebihan seperti itu disegani, ditakuti, ataupun dijadikan figur panutan. Apa yang mereka nyatakan akan diterima masyarakat sebagai suatu kebenaran.
Sepanjang sejarah dapat ditemukan contoh-contoh mengenai ketergantungan manusia pada otoritas dalam mencari kebenaran. Pada masa Yunani kuno para pemikir seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles dipandang sebagai sumber kebenaran, bahkan melebihi pengamatan atau pengalaman langsung. Apa yang dinyatakan oleh para tokoh tersebut dijadikan acuan dalam memahami realitas, berpikir, dan berindak.
f.  Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah pertumpu pada dua anggapan dasar, yaitu : pertama, bahwa kebenaran dapat diperoleh dari pengamatan dan kedua, bahwa gejala itu timbul sesuai dengan hubungan-hubungan yang berlaku menurut hokum tertentu (Ary dkk., 2000: 63).
Pendekatan ilmiah merupakan pengombinasian yang jitu dari pendekatan empiris dan pendekatan rasional. Kombinasi ini didasarkan pada hasil analisis terhadap kedua pendekatan tersebut. Pada satu segi kedua pendekatan tersebut bisa dipertanggung jawabkan namun pada segi yang lain terdapat beberapa kelemahan.
Kelemahan pertama pendekatan empiris, bahwa pengetahuan yang berhasil dikumpulkan cenderung untuk menjadi kumpulan fakta-fakta. Kumpulan fakta-fakta tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja terdapat hal-hal yang bersifat kontradiktif (Suriasumantri, 2005: 52). Kelemahan kedua, terletak pada kesepakatan mengenai pemahaman hakikat pengalaman yang merupakan cara untuk memperoleh kebenaran dan indera sebagai alat yang menangkapnya.
Sedangkan kelemahan yang terdapat pada pendekatan rasional adalah terdapat pada kriteria untuk menguji kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang jelas dan dapat dipercaya. Apa yang menurut seseorang jelas, benar, dan dapat dipercaya belum tentu demikian untuk orang lain. Dalam hal ini pemikiran rasional cenderung bersifat solipsisteik dan subjektif (Suriasumantri, 2005: 51).
Kelemahan-kelemahan dari kedua pendekatan tersebut bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi dengan mengombinasikan keduanya. Kombinasi tersebut diwujudkan dengan langkah-langkah yang sistematis dan terkontrol. Upaya memahami realitas dalam hal ini didasarkan pada kebenaran atau teori ilmiah yang ada serta mengujinya dengan mengumpulkan fakta-fakta.
Suatu kebenaran dapat disebut sebagai kebenaran ilmiah bila memenuhi dua syarat utama, yaitu : pertama, harus sesuai dengan kebenaran ilmiah sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan, dan kedua, harus sesuai dengan fakta-fakta empiris. Sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.

2.3. ILMU SEBAGAI KEBENARAN ILMIAH
a. Karakteristik Kebenaran Ilmiah
Telah dipaparkan diatas bahwa dengan pendekatan ilmiah diperoleh pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu dapat dipahami sebagai proses, prosedur, dan produk (The Liang Gie, 2004: 90). Pembahasan berikut ini ditekankan pada makna ilmu sebagai produk. Sebagai produk ilmu tidak lain adalah pengetahuan atau kebenaran ilmiah yang memiliki karakteristik: a. sistematisasi, b. keumuman, c. rasionalitas, d. objektivitas, e. verifiabilitas, dan f. komunalitas.
Pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu bila pengetahuan tersebut tersusun secara sistematis. Dan apa yang tersusun secara sistematis sebagai suatu kesatuan tersebut haruslah memiliki sifat keumuman (generality), artinya bahwa kebenaran yang terkandung didalamnya harus dapat berlaku secara umum atau luas jangkauannya.
Ciri rasionalitas mengandung makna bahwa kebenaran ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika. Sedangkan ciri objektivitas menunjuk pada kesesuaian antara hal-hal yang rasional dengan realitas. Ciri verifiabilitas mempunyai arti bahwa kebenaran ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diuji ulang oleh setiap anggota masyarakat ilmuwan. Hal ini menunjuk bahwa kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak atau final. Adapun ciri terakhir dari kebenaran ilmiah yaitu komunalitas memiliki arti bahwa kebenaran ilmiah itu merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum.
Berbicara tentang karakteristik kebenaran ilmiah, Sonny Keraf A. dan Mikhael Dua (2001: 75), menyatakan bahwa kebenaran ilmiah mempunyai sekurang-kurangnya tiga sifat dasar, yaitu : rasional-logis, isi empiris, dan dapat diterapkan (pragmatis). Hal itu berarti bahwa kebenaran ilmiah yang logis dan impiris itu pada akhirnya dapat diterapkan dan digunakan bagi kehidupan manusia.
b.    Fungsi Kebenaran Ilmiah
Semua kebenaran bermanfaat bagi manusia demikian juga dengan kebenaran ilmiah. Fungsi dari kebenaran ilmiah adalah : deskriptif, prediktif, dan pengendalian berkenaan dengan dengan gejala-gejala yang ada dalam dunia pengalaman manusia.
Fungsi deskriptif menunjuk pada keharusan ilmu untuk bisa memberikan penjelasan secara rinci, lengkap, dan runtut mengenai berbagai hal yang menjadi perhatian manusia. Penjelasan tersebut bisa bersifat deskriptif, preskriptif, eksposisi pola, maupun rekonstruksi histories.
Bila gejala-gejala yang ada di alam semesta dapat dijelaskan, maka selanjutnya dapat dilakukan prediksi atau membuat perkiraan-perkiraan tentang apa yang akan terjadi kemudian. Inilah fungsi kedua dari ilmu, yaitu fungsi prediktif. Atas dasar hasil prediksi, selanjutnya dapat dilakukan pengendalian, yaitu mencegah agar gejala-gejala yang tidak diinginkan tidak terjadi serta mendorong agar terjadi gejala-gejala yang dikehendaki.

























BAB III
PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
   Manusia sebagai khalifah dibumi merupakan religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yang dipercayai yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kemaslahatan dan keselamatannya. Manusia sebagai makhluk beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing. Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi, komitmen aktif dan praktek ritual. Manusia utuh hubungannya dengan Tuhan. Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan manusia yang bersangkutan. Didalam Pancasila, meskipun agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat berbeda-beda, harus diupayakan terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai, kedamaian, ketentraman, dan persahabatan. Sementara suatu pihak ada yang lebih mengutamakan terciptanya suasana penghayatan keagamaan lebih dari pengajaran keagamaan.
            Manusia juga merupakan homosapiens atau makhluk pemikir. Sebagai makhluk pemikir maka pada diri manusia melekat selalu ingin tahu. Hasrat ingin tahu manusia mendorong dirinya untuk mencari jawaban yang benar mengenai berbagai hal yang dipertanyakan. Maka dari itu manusia diberi akal oleh Tuhan sebagai keistimewaan yang tidak semua makhluk hidup lain miliki.







DAFTAR PUSTAKA

http://tugaskampuss.blogspot.com/2010/02/manusia-merupakan-makhluk-yang-berakal.html

Minggu, 28 April 2013

TUGAS KELOMPOK REKAYASA PERANGKAT LUNAK



1.Gilang Arif M.R      A2.1100199
2.Anton Munawar F   A2.1100019
3.Mokh Nizar N R      A2.1100218
4.Budi Irawan             A2.1100197
5.Isra Nasruloh            A2.1100191

ANALISIS SISTEM RETAIL TOKO

Pengertian Retail
Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu " Retailer" yang berarti "
Memotong menjadi kecil kecil" (Risch, 1991 ).
Sedangkan menurut Gilbert (2003) Retail adalah Semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi
Dalam kamus Bahasa Inggris - Indonesia, Retail bisa juga di artikan sebagai "Eceran"
Pengertian Retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan
Pengertian Retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh lebuh dari setengah hasil penjualannya dari retailing ( lucas, bush dan Gresham, 1994)
Klasifikasi Retail
Menurut Pintel dan Diamond (1971), Retail dapat di klasifikasikan dalam banyak cara, sebagai contoh Retail dapat di kelompokkan sesuai dengan aktivitas penjualan barang berdasarkan sbb :
- Retail Kecil
Bisnis Retail kecil di gambarkan sebagai retailer yang berpenghasilan di bawah $500 pertahun. Pemilik retail pada umumnya bertanggung jawab penuh terhadap seluruh penjualan dan manajemen.
Biasanya kebanyakan pemilik toko pada bisnis retail kecil ini dimiliki oleh secara individu (Individual Proprietorship)
- Retail Besar
Pada saat ini industri Retail di kuasai oleh organisasi besar, organisasi tersebut meliputi :
Departemen Store - Chain organization (organisasi berantai), Supermarket, Catalog Store, Warehouse, Outlet dan Online Store (Toko Online )
Departemen Store merupakan salah satu dari retailer besar dimana menawarkan berbagai macam jenis produk / barang, tingkat harga dan kenyamanan dalam berbelanja.
A.      Analisis Kebutuhan Hardware dan Software
        Spesifikasi Hardware dan Software Untuk Komputer
       1)      Hardware
            Dibawah ini merupakan spesifikasi hardware komputer yang harus dipenuhi untuk menjalankan aplikasi SMS Gateway dengan baik.
             a)      Processor Intel Pentium IV 3.00 GHz.
             b)      RAM/Memory 512 MB.
             c)      Keyboard dan Mouse.
             d)      Monitor.
             e)      Harddisk 80 GB.
             f)       Handphone (Telepon selular).
             g)      SIM Card.
             h)      Kabel Data USB.

         2)      Software
                   Dibawah ini merupakan spesifikasi perangkat lunak yang harus dipenuhi untuk menjalankan aplikasi SMS Gateway dengan baik.
            a)      Sistem Operasi Ms Windows XP Profesional.
            b)      Java Runtime Environment 1.6.0.
            c)      MySQL Database.
            d)      Driver Handphone PC Suite.
ERD




                                                                                                                                       
Deskripsi data untuk setiap entitas data adalah sebagai berikut :
Entitas Data Pelanggan
Data Item
Type
Deskripsi
Ket
Kode_Plg
Text
Untuk  kode pelanggan

Nama_Plg
Text
Nama pelanggan

Alamat_Plg
Text
Alamat lengkap si pelanngan

Telepon_Plg
Text
No telepon pelanggan

Kodepos_Plg
Text
Kode pos pelanggan


Entitas Data Barang
Data Item
Type
Deskripsi
Ket
Kode_brg
Text
Kode barang

Nama_brg
Text
Nama barang

Satuan_brg
Text
Satuan barang

Hjual_brg
Longint
Harga jual barang

Hbeli_Brg
Longint
Harga beli barang

Stok
Int
Jumlah stok gudang

Tanggal Terima
Date
Tanggal surat diterima




Entitas Data Pemasok
Data Item
Type
Deskripsi
Ket
Kode_pmk
Text
Kode pemasok

Alamat_pmk
Text
Alamat lengkap pemasok

Kota_pmk
Text
Kota pemasok

Telepon_pmk
Text
Telepon pemasok


DFD
          DFD level 0

DFD level 1







THE HIRARKI







 





B.       Tujuan pembuatan Perangkat Lunak
Tujuan pembuatan dokumen ini adalah untuk memberi penjelasan secara detail mengenai Retail Toko. Dokumen ini berisi tujuan dan fitur-fitur sistem, antarmuka sistem, apa yang akan dilakukan oleh sistem, batasan-batasan operasional sistem dan bagaimana sistem akan merespon rangsangan dari luar. Dokumen ini ditujukan untuk stakeholder dan pengembang system.

C.      Alasan dibuatnya Perangkat Lunak
untuk memaksimalkan efisiensi kerja dan produktivitas pegawai yang menangani proses jual beli, dimana disini kami mempermudah pelayanan pada toko tersebut sehingga memberikan kepuasan juga terhadap pelanggan khususnya pemilik toko